Kesetiaan....
Film Hachi - A Dog’s Tale http://youtu.be/g1Q038nM18M
adalah sebuah film drama Amerika 2009 yang disadur ulang dari film Jepang
produksi 1987, Hachiko Monogatari yang dibintangi oleh Nakadai dan film
tersebut pernah menggemparkan Jepang, dan mencetak rekor penjualan tiket
sebesar 4 milyar Yen.
Seekor anjing setia Hachiko adalah sebuah kisah nyata yang terjadi pada 1924
di Jepang. Hachiko, anjing ras Akita, oleh tuannya Ueno Hidesa-buro dibawa
pindah ke Tokyo. Ueno adalah profesor jurusan ilmu pertanian di Universitas
Tokyo. Setiap pagi Hachiko selalu berada di depan pintu rumah mengantar
keberangkatan Ueno ke kantor, dan senja harinya ia berlari ke Stasiun KA
Shibuya menyambut kedatangan tuannya dari kantor.
Kebahagiaan dan kebersamaan mereka terus berlangsung hingga 1925. Pada suatu
malam, Ueno tahu-tahu tidak pulang seperti biasanya, ia mendadak terserang
stroke di universitas dan tidak tertolong lagi. Sejak itu ia tak pernah kembali
ke stasiun kereta api di mana temannya si Hachiko tetap setia menunggu.
Sepeninggal Ueno Hidesaburo, Hachiko dipelihara oleh Kobayashi Kikusaburo,
namun Hachiko seringkali melarikan diri dari rumah Kobayashi dan secara rutin
kembali ke tempat tinggalnya yang lama. Hachiko tidak mengetahui kalau tuannya
telah meninggal.
Setelah berkali-kali kecewa, ia mulai menyadari tuannya sudah tak tinggal di
rumah lama itu lagi. Maka ia berlari ke Stasiun Shibuya, karena teringat dahulu
selalu menjemput tuannya pulang dari kantor di tempat itu. Setiap hari, ia
berdiam menanti kedatangan Ueno Hidesaburo, akan tetapi setiap hari ia selalu
pulang dengan kecewa, tak menemukan tuannya diantara kerumunan penumpang.
Hal itu berlangsung selama 10 tahun. Hachiko selalu muncul tepat waktu di
stasiun setiap senja dan menanti KA merapat di peron. Suatu ketika, seorang
murid Ueno Hidesaburo menemukan Hachiko di stasiun itu dan mengikutinya kembali
ke rumah Kobayashi.
Dari cerita Kobayashi ia mengetahui kisah Hachiko. Tak lama kemudian, murid
itu mempublikasikan artikel tentang anjing ras dari Kabupaten Akita dan di
dalam laporan itu tercakup kisah tentang Hachiko.
Pada 1932, artikel tersebut dimuat di sebuah surat kabar terbesar di Tokyo,
maka seketika Hachiko mencuri perhatian seluruh masyarakat Jepang. Kesetiaan
terhadap tuannya telah mengharukan rakyat Jepang. Para guru dan wali murid
menjadikan Hachiko sebagai contoh kesetiaan terhadap keluarga dalam mendidik
anak, ia telah mengajarkan kepada masyarakat mengenai cinta dan kesetiaan tulus
yang pantang menyerah. Mereka menyebutnya “Anjing setia”.
Pada April 1934, warga setempat mendirikan patung tembaga Hachiko di depan
Stasiun Shibuya. Hachiko sendiri juga menghadiri acara pembukaan patung
tersebut. Di kemudian hari, pintu masuk stasiun yang ada di dekat patung
tembaga tersebut dinamakan “Pintu masuk Hachiko”.
Dalam film produksi AS yang berjudul Hachi - A Dog’s Tale itu, latar
belakang dan tahun kejadiannya disesuaikan dengan zaman sekarang serta
mengambil lokasi di AS. Film ini disutradarai Lasse Hallström (peraih
penghargaan emas untuk filmnya Passion Venesia), ditulis oleh Stephen P.
Lindsey dan dibintangi aktor kondang Richard Gere yang memerankan sang
profesor.
Rasanya sulit sekali untuk tidak menitikkan air mata ketika menonton film
ini. Penantian selama 10 tahun, bagi seekor anjing, adalah penantian seumur
hidupnya. Kesetiaan dan penantian terhadap tuannya begitu tulus dan sederhana.
Andaikata si anjing-setia itu berharap memperoleh suatu imbalan, maka hanyalah
berupa perjumpaan kembali dengan tuannya.
Persis seperti pada ending cerita, di mana salju turun di malam hari, sang
anjing-setia yang sudah menua sedang berbaring di tempat tak jauh dari pintu
masuk stasiun. Ia perlahan-lahan menutup kedua matanya. Dalam penantian sebelum
ajal, sang tuan mendadak muncul dari pintu masuk stasiun, lalu ia berlari
menubruk tuannya.
Perjumpaan adalah takdir pertemuan, tidak hanya antara manusia, namun juga
antara manusia dengan anjing. Setelah si profesor di stasiun memungut kembali
si anjing setia Hachiko yang tercampakkan; kesetiaan, kasih dan kerinduan
adalah segalanya bagi anjing-setia Hachiko. Kesetiaan tulus dan kasih yang
teguh semacam ini mirip dengan tindakan balas budi.
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari kisah ini? Matius 25:23 adalah
gambaran kerinduan Allah akan kesetiaan anak-anak-Nya. Kesetiaan yang bukan
didasari oleh motivasi yang salah misalnya ingin berkat, tetapi murni karena
mengasihi Allah. Allah tidak mengidentifikasikan hamba yang setia sebagai orang
serba bisa dalam pekerjaannya, tapi lebih kepada kesetiaan atau ketekunan
seorang hamba dalam melayani karena kasih. Sudahkah anda setia atas apa
yang Allah percayakan kepada anda dengan alasan yang benar? Setialah pada hal
kecil agar dipercaya Allah untuk perkara yang besar.
Matius 25:23
Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai
hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam
perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara
yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.
*** R A J A W A L I ***
Seekor rajawali dewasa memiliki tinggi badan sekitar 90 cm, dan bentangan sayap sepanjang 2 m. Ia membangun sarangnya di puncak-puncak gunung. Sarang itu sangat besar sehingga manusia pun dapat tidur di dalamnya. Sarang itu beratnya bisa mencapai 700 kg dan sangat nyaman.
PELAJARAN 1 : Semua Bayi Rajawali Harus Belajar Untuk Terbang
"Tetapi orang-orang yang menantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31)

Siklus ini berjalan beberapa minggu, sampai pada suatu hari, induk rajawali ini tebang dan hanya berputar-putar di atas sarangnya memperhatikan anaknya yang ada di dalamnya. Kali ini tanpa makanan. Setelah berputar beberapa kali, induk rajawali akan terbang dengan kecepatan tinggi menuju sarangnya, ditabraknya sarang itu dan digoncang-goncangkannya. Kemudian ia merenggut anaknya dari sarang dan dibawanya terbang tinggi. Kemudian, secara tiba-tiba, ia menjatuhkan bayi rajawali dari ketinggian. Bayi ini berusaha terbang, tapi gagal. Beberapa saat jatuh melayang ke bawah mendekati batu-batu karang, induk rajawali ini dengan cepat meraih anaknya kembali dan dibawa terbang tinggi.

Saudaraku, banyak orang Kristen seperti bayi rajawali ini. Terlalu nyaman di dalam sarangnya. Kita datang ke gereja seminggu sekali untuk mendapatkan makanan. Kita menunggu pelayan Tuhan untuk memberi mereka "makanan rohani" kedalam mulutnya. Kemudian setelah ibadah selesai, kita pulang dan "tidur" lagi, tanpa melakukan firman Tuhan dan hidup tidak berubah. Baru setelah beban-beban berat menindih selama 1 minggu, kita merasakan "lapar" dan butuh diisi makanan, kemudian kita pun pergi lagi ke gereja untuk di-drop makanan lagi.
Hal ini berlangsung terus menerus berulang-ulang tanpa ada pertumbuhan secara rohani dalam hidup kita. Sampai suatu saat, sesuatu pencobaan terjadi dalam hidup kita, sarang digoncangkan dengan keras, dan kita tidak tahu apa yang harus dilakukan. Kita mulai menyalahkan Tuhan,"Tuhan jahat! Tuhan tidak adil!…."

Akan tetapi perhatikanlah hal ini : setiap pencobaan datang, Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anakNya jatuh tergeletak, tapi seperti induk rajawali, pada saat kritis, ia menyambar anaknya untuk diangkat kembali.
Beban berat boleh datang, tapi kemudian mulailah untuk berdoa. Mulailah membuka Alkitab dan membaca firman Tuhan. Kemudian kita akan menyadari bahwa jawaban doa itu telah datang. Masa-masa sukar akan selalu ada di depan kita, tapi kita akan menemukan diri kita selalu penuh dengan pengharapan jika kita tetap berdiri pada kebenaran firman Allah. Apa yang sedang terjadi? Ternyata kita sedang merentangkan sayap kita! Kita sedang belajar terbang ! Tuhan mengangkat dan memuliakan kita melalui pencobaan-pencobaan yang kita alami.
Jika induk rajawali melatih anaknya untuk mempergunakan sayapnya, Tuhan melatih kita untuk mempercayai firmanNya dan mempergunakan iman kita.
PELAJARAN 2 : Rajawali Diciptakan Untuk Tinggal di Tempat Tinggi

Berbeda dengan jenis burung lainnya, rajawali diciptakan untuk terbang di tempat-tempat yang tinggi, jauh dari pandangan mata telanjang dan jauh dari jangkauan para pemburu.
Burung rajawali memiliki keunikan, jika ia berada di alam bebas, akan menjadi burung yang paling bersih di antara burung lainnya, tapi jika dia berada di dalam ‘penjara’ dan terikat, ia akan menjadi burung yang paling kotor (hal ini dikarenakan rajawali mengkonsumsi makanan yang berbeda dengan burung lainnya.
Saudaraku, Tuhan menciptakan kita untuk selalu terbang dan berada di tempat yang tinggi, yaitu selalu berada dalam hadiratNya dan bebas dari kontrol dunia. Jika orang kristen berada dalam ikatan-ikatan duniawi, ia akan menjadi orang yang terkotor dibandingkan dengan orang lain.
PELAJARAN 3 : Rajawali Tidak Terbang, Tapi Melayang

Rajawali tidak terbang seperti layaknya burung-burung yang lain, mereka terbang dengan mengepak-kepakkan sayapnya dengan kekuatan sendiri. Tapi yang dilakukan rajawali ialah melayang dengan anggun, membuka lebar-lebar kedua sayapnya dan menggunakan kekuatan angin untuk mendorong tubuhnya.
Yang membuat rajawali sangat spesial ialah ia tahu betul waktu yang tepat untuk meluncur terbang. Ia berdiam di atas puncak gunung karang, membaca keadaan angin, dan pada saat yang dirasa tepat ia mengepakkan sayapnya untuk mendorong terbang, lalu membuka sayapnya lebar-lebar untuk kemudian melayang dengan menggunakan kekuatan angin itu.
Saudaraku, angin sering disebutkan dalam Alkitab sebagai penggambaran dari Roh Kudus. Kita dapat belajar untuk bekerja sama dengan Roh Kudus dan membiarkan-Nya mengangkat kita lebih tinggi lagi, semakin dekat dengan Tuhan Yesus. Seringkali kita ‘terbang’ dengan kekuatan kita sendiri, hasilnya kita menemui banyak kelelahan, kekecewaan dan kepahitan dalam hidup ini. Tapi belajar dari rajawali, kita mau untuk ‘terbang’ melintasi kehidupan ini dengan mengandalkan Roh Kudus.
Angin, juga berbicara mengenai kesulitan-kesulitan hidup. Badai sering menggambarkan adanya pergumulan dalam hidup ini. Bagi rajawali, badai adalah media yang tepat untuk belajar menguatkan sayapnya. Dia terbang menembus badai itu, melayang di dalamnya, melatih sayapnya untuk lebih kuat lagi. Orang ‘Kristen Rajawali’ seharusnya mengucap syukur dalam menghadapi berbagai-bagai pencobaan. Karena saat itulah saat yang tepat bagi kita untuk mempergunakan pencobaan sebagai media untuk menguatkan sayap-sayap iman kita.
PELAJARAN 4 : Rajawali Memiliki Waktu Khusus untuk Pembaharuan
"Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13)
Ketika rajawali berumur 60 tahun, ia memasuki periode pembaharuan. Seekor rajawali akan mencari tempat tinggi dan tersembunyi di puncak gunung. Ia berdiam disitu, membiarkan bulu-bulunya rontok satu demi satu. Rajawali ini mengalami keadaan yang menyakitkan dan sangat mengenaskan selama kira-kira 1 tahun. Ia menunggu dengan sabar selama proses ini berlangsung, dan setiap hari ia membiarkan sinar matahari menyinari tubuhnya untuk mempercepat proses penyembuhannya. Melalui proses ini, bulu-bulu barupun tumbuh, dan rajawali menerima kekuatan yang baru sehingga ia mampu untuk bertahan hidup hingga umur 120 tahun, seperti normalnya rajawali hidup.
Saudaraku, seperti rajawali, orang kristen perlu memiliki waktu-waktu khusus untuk proses pembaharuan dalam hidup ini. Membiarkan hal-hal lama yang tidak berguna lagi ‘rontok’ dan menanti-nantikan dengan sabar pemulihan dari Tuhan. Pembaharuan adalah prinsip Ilahi, dimana Allah memotong segala sesuatu yang tidak menghasilkan buah dalam hidup kita ini agar kita mampu berbuah lebat. Selama kita menantikan Dia, relakan proses pembaharuan itu berlangsung.
PELAJARAN 5 : Rajawali Juga Kadang-kadang Sakit, Seperti Manusia
"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7)
Ketika rajawali mengalami sakit di tubuhnya, ia terbang ke suatu tempat yang sangat disukainya, dimana ia dengan leluasa dapat menikmati sinar matahari. Karena sinar matahari memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan rajawali, dan juga merupakan obat yang paling mujarab baginya.
Saudaraku, ketika kita sakit, baik itu sakit secara fisik, ekonomi, rumah tangga, pekerjaan, pelayanan, atau sakit rohani kita, apakah kita juga mencari Allah yang memainkan peranan penting dalam hidup kita, yang juga merupakan sumber kesembuhan bagi segala macam ‘penyakit’?
PELAJARAN 6 : Setiap Burung Rajawali Pasti Mati

Ketika rajawali berada dalam keadaan mendekati waktu kematiannya, ia terbang ke tempat yang paling disukainya, di atas gunung, menutupi tubuhnya dengan kedua sayapnya, memandang ke arah terbitnya matahari, lalu….mati.
Saudaraku, sudah selayaknya, semua orang Kristen mati dengan mata dan hati tetap tertuju pada Yesus sebagai sumber dari pengharapan dan jaminan di dalam kehidupan..
disadur dari: Sinar V.G
**************TUHAN YESUS MEMBERKATI..........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar