*** "SELAMAT DATANG" DI SOPOU JUMA PARIGI ANDA DAPAT MELIHAT " PROPIL SILSILAH ROHANI VIDIO SERBA - SERBI " TERIMAKASIH ***

Selasa, 18 Januari 2011

~Jadilah...

Jadilah Seperti Lilin
Alat...
   Bintang yang menuntun para orang Majus ke Betlehem sebenarnya hanya berfungsi sebagai alat penunjuk  belaka agar para orang Majus tersebut dapat sampai ke sebuah tempat di mana Kristus dilahirkan. Demikian pula seharusnya kehidupan kita. Apakah kehidupan kita telah menjadi seperti sebuah bintang yang berfungsi sebagai penunjuk arah bagi sesama untuk berjumpa dengan Kristus? Apakah sesama yang sedang hidup dalam kegelapan dapat melihat secercah cahaya Allah dalam kehidupan kita pribadi dan keluarga? Kita sering banyak berbicara, berdiskusi, membuat ulasan, ceramah dan berkhotbah tentang Kristus; tetapi kita belum memerankan diri sebagai lilin yang dapat menerangi dalam kegelapan juga sebagai penunjuk arah yang  layak dipercaya (kredibel) kepada Kristus selaku Juru-selamat. Ini terjadi karena kehidupan kita belum bangkit dan menjadi terang. Di Yes. 60:1, firman Tuhan berkata: Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Sebenarnya selaku umat percaya kita telah disinari oleh cahaya rahmat dan terang Allah, tetapi kehidupan kita sering masih berada dalam keadaan kelam. Sebab kita memilih untuk menutup pintu hati rapat-rapat, sehingga cahaya rahmat Allah  tidak sampai menembus relung hati yang terdalam. Itu sebabnya kehidupan kita tidak dapat menjadi secercah cahaya yang menuntun sesama kepada keselamatan Kristus. Mata hati kita sering buta, sehingga tidak dapat melihat karya keselamatan Allah yang terjadi di sekeliling kita. Padahal ketika kita mau membuka hati dan bersandar kepada kuasaNya, maka kita akan dipakai oleh Allah untuk memantulkan cahaya keselamatan kepada orang-orang di sekitar kita...
Lilin...
   Apabila kita tidak dapat menjadi sebuah bintang yang cemerlang, cukuplah bagi kita untuk menjadi sebuah lilin kecil namun dapat menerangi orang-orang di sekitar kita, sehingga mereka dapat melihat kehadiran Kristus. Jadi cahaya lilin yang dimaksudkan tidak boleh berfungsi seperti alat penerang pada umumnya, tetapi seharusnya menjadi  alat penerang yang mampu menerangi orang-orang di sekitar kita untuk lebih mengenal dan percaya kepada Kristus. Dengan demikian cahaya yang kita pancarkan pada prinsipnya berfungsi sebagai alat petunjuk arah kepada kehendak Allah, sehingga mereka pada akhirnya mau semakin mengasihi Kristus secara benar. Untuk itu kita tidak boleh membelokkan petunjuk arah tersebut kepada diri sendiri sebagaimana yang dilakukan oleh Herodes. Ketika kita makin terbiasa berhasil mendorong orang lain untuk memuji dan menganggap diri kita sebagai orang penting, dan kita sangat menikmati dan menuntutnya; maka sesungguhnya kita telah terbelenggu oleh kuasa duniawi. Akibatnya kita akan cenderung bersikap curiga, berpikir negatif dan terlalu peka dengan frekuensi perhatian orang lain. Bilamana sesama sangat memperhatikan, kita merasa bahagia dan penting; tetapi apabila  sesama kurang memberi perhatian, kita menganggap mereka telah mengabaikan dan tidak mengasihi kita. Dengan pola pikir dan sikap yang demikian, kita tidak mungkin dapat menjadi petunjuk arah yang benar kepada Kristus.  Sikap ini terjadi karena kita telah mengarahkan cahaya lilin tersebut untuk memperbesar kemuliaan diri sendiri. Padahal cahaya lilin sebagai petunjuk arah seharusnya bersedia makin berkurang dan habis. Bukankah bagi sebatang lilin setiap dia memancarkan api  yang menerangi kehidupan ini  sebenarnya merupakan proses kematian sebab habis terbakar...
Terang...
   Kehidupan iman kita akan berfungsi efektif menjadi terang bagi orang-orang di sekitar ketika kita mau menghayati dan menjalani setiap pergumulan hidup ini sebagai suatu ziarah iman. Dengan sikap demikian, kita akan rela berkorban dan menderita demi Kristus karena hidup kita dibimbing oleh kebenaran iman. Seperti lilin menyala yang harus makin berkurang dan kemudian habis terbakar, maka demikian pula kehidupan kita. Asalkan hidup kita dapat menjadi cahaya petunjuk arah dan memberi inspirasi serta motivasi  sesama untuk datang kepada Krsitus, kita rela makin berkurang dan lenyap. Jika demikian orang-orang Majus yang berjalan mengikuti bintang Betlehem pada prinsipnya telah berperan pula sebagai secercah cahaya yang menjadi teladan bagi setiap orang untuk mau berkorban mencari Kristus dan menyembahNya...

“Jadilah Seperti Lilin”
Alat...
   Bintang yang menuntun para orang Majus ke Betlehem sebenarnya hanya berfungsi sebagai alat penunjuk  belaka agar para orang Majus tersebut dapat sampai ke sebuah tempat di mana Kristus dilahirkan. Demikian pula seharusnya kehidupan kita. Apakah kehidupan kita telah menjadi seperti sebuah bintang yang berfungsi sebagai penunjuk arah bagi sesama untuk berjumpa dengan Kristus? Apakah sesama yang sedang hidup dalam kegelapan dapat melihat secercah cahaya Allah dalam kehidupan kita pribadi dan keluarga? Kita sering banyak berbicara, berdiskusi, membuat ulasan, ceramah dan berkhotbah tentang Kristus; tetapi kita belum memerankan diri sebagai lilin yang dapat menerangi dalam kegelapan juga sebagai penunjuk arah yang  layak dipercaya (kredibel) kepada Kristus selaku Juru-selamat. Ini terjadi karena kehidupan kita belum bangkit dan menjadi terang. Di Yes. 60:1, firman Tuhan berkata: “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu”. Sebenarnya selaku umat percaya kita telah disinari oleh cahaya rahmat dan terang Allah, tetapi kehidupan kita sering masih berada dalam keadaan kelam. Sebab kita memilih untuk menutup pintu hati rapat-rapat, sehingga cahaya rahmat Allah  tidak sampai menembus relung hati yang terdalam. Itu sebabnya kehidupan kita tidak dapat menjadi secercah cahaya yang menuntun sesama kepada keselamatan Kristus. Mata hati kita sering buta, sehingga tidak dapat melihat karya keselamatan Allah yang terjadi di sekeliling kita. Padahal ketika kita mau membuka hati dan bersandar kepada kuasaNya, maka kita akan dipakai oleh Allah untuk memantulkan cahaya keselamatan kepada orang-orang di sekitar kita...
Lilin...
   Apabila kita tidak dapat menjadi sebuah bintang yang cemerlang, cukuplah bagi kita untuk menjadi sebuah lilin kecil namun dapat menerangi orang-orang di sekitar kita, sehingga mereka dapat melihat kehadiran Kristus. Jadi cahaya lilin yang dimaksudkan tidak boleh berfungsi seperti alat penerang pada umumnya, tetapi seharusnya menjadi  alat penerang yang mampu menerangi orang-orang di sekitar kita untuk lebih mengenal dan percaya kepada Kristus. Dengan demikian cahaya yang kita pancarkan pada prinsipnya berfungsi sebagai alat petunjuk arah kepada kehendak Allah, sehingga mereka pada akhirnya mau semakin mengasihi Kristus secara benar. Untuk itu kita tidak boleh membelokkan petunjuk arah tersebut kepada diri sendiri sebagaimana yang dilakukan oleh Herodes. Ketika kita makin terbiasa berhasil mendorong orang lain untuk memuji dan menganggap diri kita sebagai “orang penting”, dan kita sangat menikmati dan menuntutnya; maka sesungguhnya kita telah terbelenggu oleh kuasa duniawi. Akibatnya kita akan cenderung bersikap curiga, berpikir negatif dan terlalu peka dengan frekuensi perhatian orang lain. Bilamana sesama sangat memperhatikan, kita merasa bahagia dan penting; tetapi apabila  sesama kurang memberi perhatian, kita menganggap mereka telah mengabaikan dan tidak mengasihi kita. Dengan pola pikir dan sikap yang demikian, kita tidak mungkin dapat menjadi petunjuk arah yang benar kepada Kristus.  Sikap ini terjadi karena kita telah mengarahkan cahaya lilin tersebut untuk memperbesar kemuliaan diri sendiri. Padahal cahaya lilin sebagai petunjuk arah seharusnya bersedia makin berkurang dan habis. Bukankah bagi sebatang lilin setiap dia memancarkan api  yang menerangi kehidupan ini  sebenarnya merupakan proses “kematian” sebab habis terbakar...
Terang...
   Kehidupan iman kita akan berfungsi efektif menjadi “terang” bagi orang-orang di sekitar ketika kita mau menghayati dan menjalani setiap pergumulan hidup ini sebagai suatu ziarah iman. Dengan sikap demikian, kita akan rela berkorban dan menderita demi Kristus karena hidup kita dibimbing oleh kebenaran iman. Seperti lilin menyala yang harus makin berkurang dan kemudian habis terbakar, maka demikian pula kehidupan kita. Asalkan hidup kita dapat menjadi “cahaya” petunjuk arah dan memberi inspirasi serta motivasi  sesama untuk datang kepada Krsitus, kita rela makin berkurang dan lenyap. Jika demikian orang-orang Majus yang berjalan mengikuti bintang Betlehem pada prinsipnya telah berperan pula sebagai secercah cahaya yang menjadi teladan bagi setiap orang untuk mau berkorban mencari Kristus dan menyembahNya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar