Mengapa memakai marga Saragi/h?.. apa alasannya?..
Setelah kita publikasikan Silsilah Marga Sitio pada tgl, 4 Nop.2010 di halaman komunitas Keluarga Besar Sitio Siruberube.. siapa yang ngotot mengapa memakai Saragi/h.. Ayo keseni duduk yang manis, simak dengan baik.. MARI KITA BEDAH lagi mengapa Sitio memakai marga Saragi/h?..
Sitio yang berdomisili di Simalungun sekitar tahun 1700, kita ambil mulai dari Guru Sonom sampai ke usia penulis saat ini, 7 suddut x 40 tahun, Guru Sonom ilmu kebatinannya sangat sakti dimakamkan di Sonom dalam gua batu (ada kesaksian : dari S.Sitio bahwa jasadnya tidak ditemukan lagi disana alias hilang) mantap denk..kita simak dari silsilah yang ada mulai dari Guru Sonom -- no.1 di Sihalas..no.2 di Sipapaga..no.3 Gojong di Sidabang --- Arihan (Op.Sirajaminum) --- Op.Subbat Sitio di Siruberube...
***SITIO merupakan salah satu Marga dari marga-marga yang terdapat di kultur Orang Batak. Secara garis silsilah keturunan, Marga Sitio merupakan keturunan dari Op.Raja Nai Ambaton atau yang lebih dikenal dengan sebutan PARNA (Poparan Raja Nai Ambaton). asal daerah Marga Sitio dari Silimatali_Lumban Sitio, Simanindo Pulau Samosir Danau Toba. Lumban Sitio terletak dekat Pelabuhan Kapal Fery Simanindo merupakan daerah yang sangat menarik untuk di kunjungi.. dan saat ini Tugu Sitio dengan megah berdiri kokoh disana.
Berdasarkan inventarisasi Poparan Raja Nai Ambaton saat ini berjumlah 72 marga, namun dalam tulisan ini hanya ada 67 Marga sehingga perlu informasi tambahan bagi yang lebih mengetahuinya, 67 Marga tersebut adalah :
1.Bancin ( sigalingging )
2.Banurea ( sigalingging )
3.Boangmenalu (sigalingging)
4.Brampu ( sigalingging )
5.Brasa ( sigalingging )
6.Bringin ( sigalingging )
7.Gajah ( sigalingging )
8.Dalimunthe
9.Garingging ( sigalingging )
10.Ginting Baho
11.Ginting Capa
12.Ginting Beras
13.Ginting Guruputih
14.Ginting Jadibata
15.Ginting jawak
16.Ginting manik
17.Ginting Munthe
18.Ginting Pase
19.Ginting Sinisuka
20.Ginting Sugihen
21.Ginting Tumangger
22.Haro
23..... (kritik pembaca spy dihapus)
24.Kombih (sigalingging )
25.Maharaja
26.Manik Kecupak (sigalingging)
27.Munte
28.Nadeak
29.Nahampun
30.Napitu
31.Pasi
32.Pinayungan (sigalingging?)
33.Rumahorbo
34.Saing
35.Saraan (sigalingging)
36.Saragih Dajawak
37.Saragih Damunte
38.Saragih Dasalak
39.Saragih Sumbayak
40.Saragih Siadari
41.Siallagan
42.Siambaton
43.Sidabalok
44.Sidabungke (telah keluar dari Parna_Pengakuan
45.Sidabutar Sidabungke di siruberube....
46.Saragih Sidauruk
47.Saragih Garingging
48.Saragih Sijabat
49.Simalango
50.Simanihuruk
51.Simarmata
52.Simbolon Altong
53.Simbolon Hapotan
54.Simbolon Pande
55.Simbolon Panihai
56.Simbolon Suhut Nihuta
57.Simbolon Tuan
58.Sitanggang Bau
59.Sitanggang Gusar
60.Sitanggang Lipan
61.Sitanggang Silo
62.Sitanggang Upar ParRanginNa8 (sigalingging )
63.SITIO
64.Tamba
65.Tinambunan
66.Tumanggor
67.Turnip
68.Turuten
Sumber : Rapolo,2007 Susunan nama marga diatas berdasarkan abjad .. jadi mohon maaf kapada susunan
parabangan dimarga tidak diurutkan (maaf kepada abang marga tertua).
Berdasarkan sejarahnya Marga Sitio dan Napitu adalah lahir didalam satu (lambutan) bungkusan didalamnya ada dua orang, sewaktu dibuka ada seorang matanya terus terbuka/jernih/tio disebut Sitio, yang satu lagi matanya agak sipi/pitpit lalu disebut Napitu dan tidak diketahui siapa yang lebih duluan lahir. Sehingga ada kesepakatan para leluhur dulu kalau yang usianya lebih tua dia lah abang yang lebih muda dia adalah adek, dan itu terjadi di dalam kekeluargaan Sitio dan Napitu saja.
Penulis adalah Marga Sitio yang berasal dari Siruberube, Kecamatan,Dolok_Pardamean, Kabupaten Simalungun, dan merupakan cucu dari Op.Subbat Sitio (+), di_wilayah Simalungun Marga Sitio lebih identik dengan sebutan Saragih (Saragih_Sitio) walaupun sebenarnya Saragih/Saragi sendiri merupakan marga tersendiri yaitu Marga Saragi dan keturunannya (dapat dilihat diatas) namun banyak keturunan PARNA yang berada di wilayah Simalungun menggunakan Marga Saragi/Saragih.
Berdasarkan cerita para oppung yang penulis pernah dengar, dan menjadikan acuan penulisan ini. dijelaskan bahwa pada saat kekuasaan Simalungun (Raja Purba) marga yang ada hanya diperbolehkan Marga SISADAPUR yaitu (Sinaga, Saragih, Damanik, Purba) untuk lebih jelasnya dapat di himpun berdasarkan sejarah (tulisan ini berdasarkan kemampuan dan pengetahuan penulis dari cerita para leluhur sebelumnya). Selain marga Sisadapur tersebut dianggap mata-mata musuh atau bukan Orang Simalungun maka akan di hukum dengan berat (hukuman mati).
Disebabkan hanya Marga Sisadapur yang diperbolehkan maka marga lain yang berada di wilayah kekuasaan Raja Simalungun masuk ke pada marga Sisadapur tersebut. Salah satu dari Marga Sisadapur tersebut adalah poparan keturunan Op.Raja Nai Ambaton yaitu "Saragih" sehingga pada saat itu semua keturunan PARNA yang bermukim di wilayah Simalungun masuk kedalam Marga Saragi/h.
Padahal yang masuk jadi "Marga Saragi" itu, bisa abang atau adik dari marga Saragih itu sendiri, contoh; dulu sering didengar Marga Saragih Simbolon. Simbolon termasuk marga tertua setelah Marga Tamba dan Saragi/h merupakan adik mereka, demikian juga didaerah Siruberube bahwa Sitio yang berada diwilayah kekuasaan Simalungun masuk kedalam marga Saragi/h, sampai saat ini sering kita mendengar Marga Saragih Sitio (khususnya dari Siruberube) atau bahkan masih ada yang hanya pakai "Saragih" saja, sehingga tidak dapat dikenali apa marga dibelakangnya.
Seiring perkembangan dan kesadaran untuk memperbaiki yang sempat salah sehubungan dengan sejarah kekuasaan jaman itu, maka saat ini sudah banyak marga-marga dari keturunan PARNA memakai nama marganya sendiri-sendiri. Simbolon, Tamba, Sitio, dll.
Sebenarnya dengan adanya Tona (Pesan) dari pada leluhur bahwa popparan (keturuan PARNA) adalah "sisada anak sisada boru" artinya keturunan PARNA merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu-sama lainnya. Bahwa anak atau keturunan dari satu marga merupakan anak dari ke 72 marga yang lain-nya dan "anak dohot boru, na sa poparan dang boi marsibuatan" artinya anak laki-laki dan anak perempuan dalam satu keturunan yang 72 Marga tersebut tidak dapat menikah karena merupakan kakak atau adeknya sendiri, maka pembagian tersebut tidak ada artinya.Namun pembagian Marga, kembali kepada Marga yang sebenarnya adalah semata-mata supaya dapat mengetahui sejarah asal-muasal perjalanan sejarah suatu Marga atau keturunannya dengan perkembangan populasi yang terus bertambah. Bukan semata-mata untuk membedakan marga satu dengan yang lainnya dalam PARNA itu sendiri. Perlu diingat PARNA sesuai dengan tona akka oppung (pesan dari leluhur) adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan "sisada anak si sada boru"***
Perlu deketahui, Siruberube adalah sebelah timur dari gunung Simarjarung berada sekitar 2 km dari simpang empat sipintu angin menuju parapat dan berbatasan dengan desa gorbus Kec_Pematangsidamanik, saat ini sebutannya Nagori Siruberube, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun.. Oppu Subbat Sitio_Siruberube sekaligus sipukka huta disana dan dengan kesepakatan semua keturunannya sehingga Tugu Oppu Subbat Sitio berdiri megah disana, Mengenai adat dan bahasanya adalah pembauran dari bahasa Samosir ke bahasa Simalungun (contoh bilang “Tidak” Simalungun“Lang, Samosir“Dang, kalau Siruberube”Ta, begitu juga dengan adat contoh “pangolihon anak memakai pakaian adat simalungun “Bulang dan Gotong), tentang agama mayoritas Protestan Simalungun (GKPS), Katolik dan Islam, Tanahnya subur sangat cocok untuk pertanian palawijaya serta kebun kopi sigalar utang yang merupakan penopang biaya sekolah anak-anaknya.. tapi dalam watak marga Sitio lebih baik hujan batu dinegeri orang dari pada hujan emas dinegeri sendiri, akhirnya marga sitio disana semakin sedikit.. horee hidup Sitio..
Dan kepada pembaca yang tau, mohon kritik dan saran untuk pembenaran agar dapat diperbaiki khususnya dari oppu subbat keatas..
Demikian tulis ini dibuat semoga bermanfaat.
Catatan : Tulisan ini dibuat atas pemahaman dan pengetahuan penulis semata untuk memberikan informasi sedikit tentang PARNA dan khususnya Marga Sitio..
Penulis. Tulisan ini semata-mata di peroleh dari cerita para leluhur (oppung) yang terdahulu.
Terimakasih (Japea Sitio_Siruberube)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar